Mencari Pelarian dari Kecanggungan Sosial
Pernahkah Anda berada di tengah keramaian, tetapi merasa sendirian? Mungkin di sebuah acara, kafe, halte bus, atau dalam antrean panjang. Lalu, tanpa disadari, tangan Anda mulai meraih ponsel, membuka layar, dan menjelajahi berbagai aplikasi. Anda membuka media sosial, melihat feed, menutupnya, dan kemudian membuka aplikasi lain—terus-menerus, tanpa tujuan yang pasti. Mengapa kita sering melakukan hal ini?
Perilaku ini bukanlah hal yang aneh. Banyak orang mengalami situasi serupa, di mana mereka secara otomatis membuka ponsel ketika merasa sendirian di tengah keramaian. Namun, apa sebenarnya yang memicu perilaku ini? Apakah ini hanya kebiasaan atau ada alasan psikologis di baliknya?
Mencari Pelarian dari Kecanggungan Sosial
Saat kita berada di tempat umum tanpa teman untuk diajak berbicara, sering kali kita merasa canggung. Kehadiran orang-orang di sekitar kita membuat kita lebih sadar akan keadaan sendiri. Dalam momen-momen seperti ini, ponsel menjadi pelarian yang paling mudah. Dengan membuka ponsel, kita merasa “sibuk” atau “terlibat” dalam sesuatu, sehingga dapat mengurangi rasa canggung tersebut. Menggunakan ponsel membantu kita terlihat tidak sendirian, meskipun kita sebenarnya tidak melakukan apa-apa yang penting di dalamnya.
Kebiasaan dan Ketergantungan
Di era digital ini, ponsel telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kita terbiasa memeriksa ponsel untuk segala hal—entah itu untuk mencari informasi, berkomunikasi, atau sekadar menghibur diri. Kebiasaan ini sering kali berkembang menjadi ketergantungan, di mana tanpa sadar kita merasa perlu untuk selalu terhubung dengan ponsel, meskipun dalam situasi yang tidak membutuhkan. Inilah yang kemudian menyebabkan kita “bolak-balik” membuka aplikasi tanpa tujuan yang jelas, hanya karena sudah terbiasa melakukannya.
Menjaga Keterhubungan dengan Dunia Digital
Ponsel memberi kita akses instan ke dunia luar, bahkan saat kita berada di tempat yang ramai namun merasa sendirian. Media sosial, pesan singkat, dan berbagai platform digital memungkinkan kita untuk tetap merasa terhubung dengan teman, keluarga, atau komunitas online. Ketika kita membuka ponsel di keramaian, mungkin kita sedang mencari perasaan tersebut—keterhubungan dengan dunia di luar sana. Dengan melihat-lihat feed Instagram, misalnya, kita bisa merasa seolah-olah kita “berpartisipasi” dalam kehidupan orang lain, meskipun kita sebenarnya hanya menjadi pengamat pasif.
Mengalihkan Perhatian dari Kegelisahan
Ketika berada di keramaian, ada kalanya kita merasa gugup atau gelisah. Ponsel bisa menjadi alat yang efektif untuk mengalihkan perhatian dari perasaan tersebut. Dengan menggulir layar dan melihat berbagai konten, otak kita terdistraksi dari situasi yang membuat kita merasa tidak nyaman. Ini adalah mekanisme coping yang banyak orang gunakan tanpa sadar. Menggunakan ponsel di momen-momen seperti ini dapat memberikan rasa kontrol dan kenyamanan, meskipun hanya sementara.
Kecanduan Dopamin
Setiap kali kita membuka ponsel dan menerima notifikasi, pesan, atau like di media sosial, otak kita melepaskan dopamin—zat kimia yang memberikan perasaan senang. Proses ini mirip dengan sistem reward di otak, yang mendorong kita untuk terus mencari kepuasan melalui hal-hal yang kita anggap menyenangkan. Ini juga yang membuat kita sering membuka ponsel, meskipun tidak ada yang penting di dalamnya. Otak kita mengharapkan adanya “hadiah” berupa notifikasi baru atau konten menarik yang membuat kita merasa puas.
FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO atau ketakutan akan kehilangan momen, adalah salah satu alasan utama mengapa banyak orang sering memeriksa ponsel mereka. Di era media sosial, informasi bergerak sangat cepat. Setiap saat ada saja kabar atau tren baru yang muncul. Ketika kita merasa tidak terlibat dalam percakapan tersebut, kita merasa ketinggalan. Oleh karena itu, kita terus membuka ponsel untuk memastikan bahwa kita tidak melewatkan apa pun. FOMO ini membuat kita secara otomatis menggulir feed tanpa tujuan, hanya untuk memastikan kita tetap “up-to-date”.